Keberhasilan budidaya ikan, baik
di tambak (air payau) maupun di kolam darat (air tawar) sangat bergantung pada
kualitas air. Untuk menjaga kualitas air tesebut, beberapa tambak menggunakan
sistem pasokan air masuk buang. Artinya, air dari sumber dimasukkan ke dalam
tambak kemudian beberapa hari selanjutnya disalurkan melalui lubang pengeluaran
untuk dibuang. Namun, mengingat adanya keterbatasan sumberdaya air, sistem masuk
buang dianggap tidak ekonomis dan boros air. Misalnya, ketika musim kemarau,
pasokan air tersendat sehingga terjadinya kekurangan air ini akan menjadi
masalah serius bagi pembudidaya. Di samping itu, tidak semua daerah memiliki
sumberdaya air yang melimpah.
Oleh karena itu, untuk menyiasati
keterbatasan sumberdaya air tersebut, dibuatlah sistem resirkulasi. Dengan
menggunakan sistem ini, kondisi air tambak tetap terjaga dalam kondisi optimal
tanpa harus menggunakan air yang berlebihan. Pasalnya, dalam sistem resirkulasi
ini, air buangan tambak yang berasal dari saluran pengeluaran dialirkan kembali
masuk ke dalam tambak. Tentu saja, sebelum dimasukkan ke dalam tambak tersebut,
air harus melewati beberapa proses untuk mengembalikan kualitas air agar
memenuhi persyaratan yang dikehendaki ikan.
Proses pengolahan air dalam
sistem resirkulasi ini di antaranya adalah proses penapisan atau penyaringan
air. Beberapa sistem penyaringan air sudah banyak dikenal saat ini. Namun,
sistem yang sudah lama dikenal dan dianggap paling tua yaitu sistem penyaringan
pasir lambat atau slow sand filter.
Persyaratan air tambak yang baik
Air tambak, sebagai lingkungan
hidup ikan atau pun udang budidaya harus memenuhi beberapa kriteria, di
antaranya adalah batas maksimum kandungan zat organik dan anorganik 50 – 60 ppm,
tingkat kekeruhan, dan total kandungan zat padat yang tersuspensi. Di samping
itu, air harus terbebas dari mikroorganisme pathogen yang dapat menyebabkan
penyakit pada ikan budidaya. Untuk mendukung budidaya yang optimal, air tambak
harus memenuhi persyaratan lain, di antaranya kadar garam/ salinitas air
berkisar 10 – 35 ppt, pH pada kisaran normal (7,5 – 8,5).
Tambak
biasanya dibangun di kawasan pantai, di mana terjadi pasang surut air laut. Tambak
yang bagus terletak pada daerah pasang surut dengan perbedaan muka air pasang
dan surut 1,5 hingga 2,5 m. Pasokan air tambak sebagiannya berasal dari air
pasang ini. Ketika terjadi pasang, air laut akan masuk ke dalam tambak.
Sementara itu, air tambak berbeda dengan air laut. Kadar garam atau
salinitasnya lebih rendah daripada air laut. Untuk itu, tambak memerlukan
campuran air tawar untuk menurunkan kadar garam yang terlalu tinggi. Pencampuran
dua jenis air ini menghasilkan air payau dengan kadar salinitas 0,5 – 30 gram/
liter.
Saringan pasir lambat (slow sand
filter)
Saringan
pasir lambat merupakan sistem penyaringan air yang dianggap paling tua di dunia.
Sistem ini pertama kali diaplikasikan di Amerika Serikat pada abad 19, sekitar
tahun 1872. Pada awalnya, saringan pasir lambat ini digunakan sebagai pengolah
air untuk memenuhi kebutuhan air penduduk. Meskipun mudah pembuatannya dan
murah pengoperasiannya, hasil filtrasinya tidak bisa dianggap remeh.
Saringan
ini terdiri dari media pasir dengan tingkat porositas tinggi sehingga mampu
meloloskan air dalam waktu singkat. Hal ini karena keberadaan ruang kosong di
antara partikel-partikel pasir yang ditempati udara. Pada ruang-ruang ini,
terdapat banyak zat organic yang dikenal dengan istilah schmutzdecke,
atau filter skin. Zat organic
ini terdiri dari sekumpulan berbagai jenis mikroorganisme plankton, protozoa,
rotifera, dll. Ketika terjadi proses penyaringan, air akan melewati celah-celah
kecil ini dan akan berlangsung proses anorganik sederhana yang membentuk garam.
Pada saat yang sama, senyawa nitrogen yang terkandung dalam air akan terurai
dan teroksidasi. Ketika proses ini berlangsung, partikel padat yang tersuspensi
dalam air akan tersaring.
Sebelum dialirkan ke instalasi
saringan pasir lambat, air permukaan dengan kandungan zat padat tersuspensi
yang tinggi harus melewati beberapa perlakuan pendahuan, antara lain dengan rapid gravity filter atau dengan alat microstrainer. Sehingga, air dengan kandungan
tingkat kekeruhan tinggi tidak menyumbat pori-pori yang terdapat di antara
partikel pasir.
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Profesor Wahyono Hadi dan mahasiswanya, Chandra Tri
Febriwahyudi, dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, sistem
saringan pasir lambat terbukti dapat digunakan untuk keperluan pengolahan air
tambak bersamaan dengan sistem resirkulasi air. Berdasarkan penelitian mereka,
air tambak yang sudah disaring dengan instalasi ini sudah memenuhi persyaratan
air tambak yang dikehendaki. Saringan pasir lambat dapat menyaring air dengan
tingkat kekeruhan 100 – 200 mg/l dalam beberapa hari. Keberadaan shmutzdecke atau filter skin ini dapat mengurangi kandungan bakteri pathogen dalam
air (misalnya E.coli), tingkat
kekeruhan air, dan mengurangi jumlah bahan organic dan anorganik yang
tersuspensi dalam air.
Proses pembuatan slow sand filter
Saringan
pasir lambat dibuat dari pasir sungai dengan diameter partikel 0.25 – 0.42 mm.
Di bagian bawahnya, terdapat penyangga berupa kerikil dengan ukuran 20 – 30 mm
(diameter). Penyangga ini berfungsi untuk mencegah pasir terbawa aliran air dan
menyumbat saluran pengeluaran saringan. Arah aliran air memanfaatkan gaya
gravitasi dengan arah aliran air dari atas ke bawah. Menurut Chandra dan Wahyono,
ditemukan bahwa ketebalan efektif media pasir yang paling baik dalam
menghilangkan kandungan bakteri E. coli dari air adalah antara 80 – 100 cm
dengan laju filtrasi 0,1 m/jam. Mereka menyebutkan, ketebalan minimum media
pasir agar tercapai efektivitas penyaringan air adalah sekitar 80 cm.
Cara
pembuatannya cukup mudah dan peralatan yang dibutuhkan harganya terjangkau.
Cukup sediakan tangki air, pasir, dan kerikil. Tangki air berfungsi sebagai
tempat menempatkan pasir dan kerikil dan tempat dimana proses penyaringan
berlangsung. Untuk tangki air, bisa digunakan wadah yang terbuat dari plastik
atau terbuat dari tembok semen. Bentuknya dapat berupa silinder/ tabung ataupun
menyerupai bak persegi. Selain itu, diperlukan juga beberapa bahan lain, di
antaranya adalah;
-
Pipa paralon dengan beberapa siku/sambungan.
- Keran air, ukurannya disesuaikan dengan diameter pipa.
- Lem paralon secukupnya.
Penampang Saringan Pasir Lambat |
Proses pengurasan saringan
Seiring dengan seringnya penggunaan saringan, efektivitas media
penyaring semakin berkurang. Hal ini karena semakin menumpuknya partikel-partikel
yang tertahan dan mengisi celah-celah antara partikel pasir. Kondisi ini akan
menyumbat gerakan aliran air ketika proses penyaringan. Untuk mengatasi hal
ini, diperlukan proses pengurasan/ pembersihan. Caranya yaitu mengalirkan air
dengan arah yang berlawanan dari arah aliran proses penyaringan. Langkah ini dilakukan
dengan menutup keran masuk (1) dan keluar air (2) saringan tersebut (lihat
gambar 2). Selanjutnya, keran 3 dibuka, air bersih dialirkan melalui saluran
tersebut. Air akan mengalir dari bawah ke atas dan terbuang melalui lubang overflow bersama partikel-partikel
kotoran.
No comments:
Post a Comment