Wednesday, August 10, 2016

Optimalkan Resirkulasi Air Tambak dengan Saringan Pasir Lambat

Permasalahan pasokan air dalam sistem budidaya ikan dalam tambak merupakan salah satu kunci penting dalam keberhasilan budidaya. Terjadinya penurunan kualitas lingkungan menyebabkan pasokan air yang ideal menjadi hal yang lazim bagi petambak.

Keberhasilan budidaya ikan, baik di tambak (air payau) maupun di kolam darat (air tawar) sangat bergantung pada kualitas air. Untuk menjaga kualitas air tesebut, beberapa tambak menggunakan sistem pasokan air masuk buang. Artinya, air dari sumber dimasukkan ke dalam tambak kemudian beberapa hari selanjutnya disalurkan melalui lubang pengeluaran untuk dibuang. Namun, mengingat adanya keterbatasan sumberdaya air, sistem masuk buang dianggap tidak ekonomis dan boros air. Misalnya, ketika musim kemarau, pasokan air tersendat sehingga terjadinya kekurangan air ini akan menjadi masalah serius bagi pembudidaya. Di samping itu, tidak semua daerah memiliki sumberdaya air yang melimpah.

Oleh karena itu, untuk menyiasati keterbatasan sumberdaya air tersebut, dibuatlah sistem resirkulasi. Dengan menggunakan sistem ini, kondisi air tambak tetap terjaga dalam kondisi optimal tanpa harus menggunakan air yang berlebihan. Pasalnya, dalam sistem resirkulasi ini, air buangan tambak yang berasal dari saluran pengeluaran dialirkan kembali masuk ke dalam tambak. Tentu saja, sebelum dimasukkan ke dalam tambak tersebut, air harus melewati beberapa proses untuk mengembalikan kualitas air agar memenuhi persyaratan yang dikehendaki ikan.

Proses pengolahan air dalam sistem resirkulasi ini di antaranya adalah proses penapisan atau penyaringan air. Beberapa sistem penyaringan air sudah banyak dikenal saat ini. Namun, sistem yang sudah lama dikenal dan dianggap paling tua yaitu sistem penyaringan pasir lambat atau slow sand filter.

Persyaratan air tambak yang baik

Air tambak, sebagai lingkungan hidup ikan atau pun udang budidaya harus memenuhi beberapa kriteria, di antaranya adalah batas maksimum kandungan zat organik dan anorganik 50 – 60 ppm, tingkat kekeruhan, dan total kandungan zat padat yang tersuspensi. Di samping itu, air harus terbebas dari mikroorganisme pathogen yang dapat menyebabkan penyakit pada ikan budidaya. Untuk mendukung budidaya yang optimal, air tambak harus memenuhi persyaratan lain, di antaranya kadar garam/ salinitas air berkisar 10 – 35 ppt, pH pada kisaran normal (7,5 – 8,5).

Tambak biasanya dibangun di kawasan pantai, di mana terjadi pasang surut air laut. Tambak yang bagus terletak pada daerah pasang surut dengan perbedaan muka air pasang dan surut 1,5 hingga 2,5 m. Pasokan air tambak sebagiannya berasal dari air pasang ini. Ketika terjadi pasang, air laut akan masuk ke dalam tambak. Sementara itu, air tambak berbeda dengan air laut. Kadar garam atau salinitasnya lebih rendah daripada air laut. Untuk itu, tambak memerlukan campuran air tawar untuk menurunkan kadar garam yang terlalu tinggi. Pencampuran dua jenis air ini menghasilkan air payau dengan kadar salinitas 0,5 – 30 gram/ liter.

Saringan pasir lambat (slow sand filter)

Saringan pasir lambat merupakan sistem penyaringan air yang dianggap paling tua di dunia. Sistem ini pertama kali diaplikasikan di Amerika Serikat pada abad 19, sekitar tahun 1872. Pada awalnya, saringan pasir lambat ini digunakan sebagai pengolah air untuk memenuhi kebutuhan air penduduk. Meskipun mudah pembuatannya dan murah pengoperasiannya, hasil filtrasinya tidak bisa dianggap remeh.

Saringan ini terdiri dari media pasir dengan tingkat porositas tinggi sehingga mampu meloloskan air dalam waktu singkat. Hal ini karena keberadaan ruang kosong di antara partikel-partikel pasir yang ditempati udara. Pada ruang-ruang ini, terdapat banyak zat organic yang dikenal dengan istilah schmutzdecke, atau filter skin. Zat organic ini terdiri dari sekumpulan berbagai jenis mikroorganisme plankton, protozoa, rotifera, dll. Ketika terjadi proses penyaringan, air akan melewati celah-celah kecil ini dan akan berlangsung proses anorganik sederhana yang membentuk garam. Pada saat yang sama, senyawa nitrogen yang terkandung dalam air akan terurai dan teroksidasi. Ketika proses ini berlangsung, partikel padat yang tersuspensi dalam air akan tersaring.

Sebelum dialirkan ke instalasi saringan pasir lambat, air permukaan dengan kandungan zat padat tersuspensi yang tinggi harus melewati beberapa perlakuan pendahuan, antara lain dengan rapid gravity filter atau dengan alat microstrainer. Sehingga, air dengan kandungan tingkat kekeruhan tinggi tidak menyumbat pori-pori yang terdapat di antara partikel pasir.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Profesor Wahyono Hadi dan mahasiswanya, Chandra Tri Febriwahyudi, dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, sistem saringan pasir lambat terbukti dapat digunakan untuk keperluan pengolahan air tambak bersamaan dengan sistem resirkulasi air. Berdasarkan penelitian mereka, air tambak yang sudah disaring dengan instalasi ini sudah memenuhi persyaratan air tambak yang dikehendaki. Saringan pasir lambat dapat menyaring air dengan tingkat kekeruhan 100 – 200 mg/l dalam beberapa hari. Keberadaan shmutzdecke atau filter skin ini dapat mengurangi kandungan bakteri pathogen dalam air (misalnya E.coli), tingkat kekeruhan air, dan mengurangi jumlah bahan organic dan anorganik yang tersuspensi dalam air.


Proses pembuatan slow sand filter

Saringan pasir lambat dibuat dari pasir sungai dengan diameter partikel 0.25 – 0.42 mm. Di bagian bawahnya, terdapat penyangga berupa kerikil dengan ukuran 20 – 30 mm (diameter). Penyangga ini berfungsi untuk mencegah pasir terbawa aliran air dan menyumbat saluran pengeluaran saringan. Arah aliran air memanfaatkan gaya gravitasi dengan arah aliran air dari atas ke bawah. Menurut Chandra dan Wahyono, ditemukan bahwa ketebalan efektif media pasir yang paling baik dalam menghilangkan kandungan bakteri E. coli dari air adalah antara 80 – 100 cm dengan laju filtrasi 0,1 m/jam. Mereka menyebutkan, ketebalan minimum media pasir agar tercapai efektivitas penyaringan air adalah sekitar 80 cm.

Cara pembuatannya cukup mudah dan peralatan yang dibutuhkan harganya terjangkau. Cukup sediakan tangki air, pasir, dan kerikil. Tangki air berfungsi sebagai tempat menempatkan pasir dan kerikil dan tempat dimana proses penyaringan berlangsung. Untuk tangki air, bisa digunakan wadah yang terbuat dari plastik atau terbuat dari tembok semen. Bentuknya dapat berupa silinder/ tabung ataupun menyerupai bak persegi. Selain itu, diperlukan juga beberapa bahan lain, di antaranya adalah;
  • Pipa paralon dengan beberapa siku/sambungan.
  • Keran air, ukurannya disesuaikan dengan diameter pipa.
  • Lem paralon secukupnya.
Penampang Saringan Pasir Lambat

Proses pengurasan saringan
Seiring dengan seringnya penggunaan saringan, efektivitas media penyaring semakin berkurang. Hal ini karena semakin menumpuknya partikel-partikel yang tertahan dan mengisi celah-celah antara partikel pasir. Kondisi ini akan menyumbat gerakan aliran air ketika proses penyaringan. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan proses pengurasan/ pembersihan. Caranya yaitu mengalirkan air dengan arah yang berlawanan dari arah aliran proses penyaringan. Langkah ini dilakukan dengan menutup keran masuk (1) dan keluar air (2) saringan tersebut (lihat gambar 2). Selanjutnya, keran 3 dibuka, air bersih dialirkan melalui saluran tersebut. Air akan mengalir dari bawah ke atas dan terbuang melalui lubang overflow bersama partikel-partikel kotoran.

No comments:

Post a Comment