Air merupakan salah
satu kebutuhan dasar dalam kehidupan manusia. Air memiliki banyak fungsi dalam
kehidupan sehari-hari, baik untuk keperluan rumah tangga, industri, maupun
untuk lingkungan.
Permasalahan yang umum terjadi di Indonesia adalah
ketersediaan sumber air bersih yang terbatas, terutama di daerah-daerah yang
memiliki kandungan air tanah yang kurang bagus, di antaranya adalah daerah
gambut dan berawa, seperti sebagian daerah Sumatera dan Kalimantan. Berdasarkan
hasil survey penduduk antar sensus (SUPAS) 1985, diketahui pola penggunaan air
masyarakat Indonesia. Dari hasil tersebut, sebanyak 10,77 % masyarakat Indonesia
memperoleh air dari air ledeng, sebanyak 7,85% dari air tanah dengan menggunakan
pompa air, air sumur (perigi) sebanyak 53,78 %, mata air (air sumber) 15,70 %,
air sungai 8,54 %, air hujan 1,64 % dan lainnya 1,71 %.
Dari pola penggunaan air tersebut di atas, dapat kita
simpulkan bahwa penggunaan sumber air tanah di masyarakat masih sangat dominan.
Hal itu dapat diketahui dari persentase masyarakat yang menggunakan air dari
sumur dan pompa air dari air tanah. Namun, permasalahannya, kualitas air sungai
dan tanah di Indonesia sangat bervariasi. Di beberapa tempat, sering ditemukan
bahwa kualitas air tersebut tidak layak untuk dijadikan sebagai air minum.
Padahal, untuk dapat dijadikan sebagai air minum, air tanah
harus memenuhi beberapa persyaratan yang ditetapkan supaya tidak menyebabkan
sakit bagi orang yang mengonsumsinya. Persyaratan tersebut tertuang dalam baku
mutu air minum yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.20 Tahun
1990.
Tingkat kekeruhan
Tingkat kekeruhan air merupakan salah satu indikator adanya
padatan yang tersuspensi di dalam air. Air dengan tingkat kekeruhan yang tinggi
menandakan kualitas yang rendah sehingga tidak baik untuk dijadikan sebagai
sumber air minum. Padatan yang tersuspensi (suspended
solid) dapat berupa lumpur, tanah, atau zat padat lain yang tidak larut
dalam air akan tetapi memiliki ukuran partikel yang kecil, maksimum 2 µm dan
lebih besar dari ukuran partikel koloid.
Dalam proses pengolahan air, kandungan zat tersuspensi ini
dapat dipisahkan dengan menggunakan proses pengendapan. Proses ini menggunakan
prinsip gaya gravitasi, di mana partikel yang tersuspensi yang memiliki
densitas lebih besar daripada air akan mengendap. Selain itu, proses pemisahan
materi tersuspensi dapat dilakukan dengan proses penyaringan saringan pasir. Syaratnya,
pori-pori bahan yang dijadikan penapis harus lebih kecil dari ukuran material
tersuspensi tersebut. sehingga, partikel tersebut akan tertahan sementara air
dapat diloloskan.
Kandungan zat
terlarut
Di antara sejumlah zat terlarut dalam air, zat besi dan mangan
merupakan beberapa unsur yang sering
ditemukan dalam air tanah. Zat besi ditemukan dalam bentuk ion Fe terlarut
dalam air tanah. Kandungan besi dalam air dapat meyebabkan warna kuning dan bau
yang kurang enak. Jika digunakan untuk mencuci, warna tersebut akan membekas
terutama pada pakaian putih berupa bercak-bercak kuning.
Berdasarkan baku mutu air yang ditetapkan dalam peraturan
pemerintah tersebut, kadar zat besi dalam air minum maksimum dalam rentang 0,3
mg/L. sementara itu, kandungan zat mangan dibatasi maksimal 0,1 mg/L. Di dalam
air, besi atau mangan terlarut dalam bentuk garam bikarbonat, garam sulfat,
hidroksida, dalam bentuk koloid, atau bentuk yang tergabung dengan zat organik
lain.
Zat besi yang terlarut di dalam air salah satunya dapat
dihilangkan dengan cara oksidasi. Garam ferro bikarbonat ketika teroksidasi
dengan udara kelarutannya akan berkurang di dalam air sehingga akan mengendap. Oleh
karena itu, pada metode ini, teknik aerasi terhadap air yang dioleh kerap
dilakukan. Proses aerasi dapat diterapkan dengan memasukkan gelembung-gelembung
udara halus ke dalam air dengan pompa.
Di samping menurunkan kualitas air, kandungan besi dan
mangan terlarut juga dapat menyebabkan air menjadi bau. Sehingga, bau sangat
mengganggu ketika air tersebut dijadikan air minum. Tidak hanya itu, bau pada
air juga dapat disebabkan oleh karena adanya pencemar bahan organik.
Pengolahan air dengan
proses aerasi
Proses aerasi dapat
mengoksidasi kandungan besi dan mangan yang terlarut dalam air. Secara alami,
senyawa bikarbonat cenderung lebih tidak stabil dibandingkan dengan senyawa
karbonat. Oleh karena itu, besi dalam bentuk Fe(HCO3)2 akan
berubah menjadi bentuk ferro karbonat.
Fe(HCO3)2 ==> FeCO3 +
CO2 + H2O
Mn(HCO3)2 ==> MnCO3 +
CO2 + H2O
Ketika udara
berkurang (kandungan CO2 menurun), kesetimbangan reaksi akan condong
ke kanan. Reaksinya dapat dijabarkan sebagai berikut:
FeCO3 +
CO2 ==> Fe(OH)2
+ CO2
MnCO3 +
CO2 ==> Mn(OH)2
+ CO2
Senyawa besi di
atas, yaitu hidroksida besi (II), (Fe(OH)2 dan mangano hidroksida,
Mn(OH)2 masih mempunyai kelarutan yang cukup besar di dalam air.
Sehingga, proses pemisahan masih sulit dilakukan. Namun, jika aerasi terus
dilakukan, reaksi akan terus berlanjut menjadi:
4 Fe2+ + O2 + 10 H2O ==>4 Fe(OH)3 + 8 H+
2 Mn2+
+ O2 + 2 H2O ==> 2 MnO2 + 4 H+
Pada reaksi
tersebut, baik senyawa ferro (III) hidroksida, Fe(OH)3 maupun MnO2
merupakan senyawa berbentuk padat dan tidak larut di dalam air sehingga
mudah dipisahkan pada proses penyaringan.
Penggunaan zeolit
untuk pengolahan air
Bahan zeolit sudah lama diketahui mampu memiliki kapasitas
penukar ion. Sehingga, penggunaan batuan ini dalam proses penyaringan air dapat
mengendapkan larutan besi dan mangan dalam air sehingga mudah untuk disaring/
diendapkan. Prosesnya yaitu dengan cara mengoksidasi kation besi sehingga
larutan berubah menjadi senyawa garam besi dan mudah mengendap. Reaksi kimianya
dapat dijabarkan sebagai berikut:
Na2Z
+ Fe(HCO3)2 ==> FeZ + 2 Na(HCO3)
Na2Z
+ Mn(HCO3)2 ==> MnZ + 2 Na(HCO3)
Zeolit untuk pengolahan air yang mengandung ion besi dan mangan (www.cerita dan ilmu.net)
Fe(HCO3)2 merupakan
senyawa ferro bikarbonat yang mudah larut di dalam air, begitu pun juga dengan
senyawa Mn(HCO3)2, mangano
bikarbonat. Dengan adanya proses pertukaran ion yang dilakukan oleh media zeolite,
senyawa tersebut berubah menjadi FeZ dan MnZ yang merupakan senyawa padat
(garam) sehingga akan mengendap ketika di dalam air.